Sejarah Keperawatan di
Dunia dan di Indonesia
Sejarah keperawatan di dunia diawali pada zaman purbakala (Primitive
Culture) sampai pada munculnya Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan
yang berasal dari Inggris.
Perkembangan
keperwatan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradaban
manusia.
Perkembangan
keperawatan diawali pada :
1. Zaman Purbakala (Primitive Culture)
Perkembangan keperawatan di dunia dapat diawali pertama, sejak zaman
manusia itu diciptakan (manusia itu ada). Manusia diciptakan memiliki naluri
untuk merawat diri sendiri (tercermin pada seorang ibu). Naluri yang sederhana
adalah memelihara kesehatan dalam hal ini adalah menyusui anaknya sehingga
pada harapan pada awal perkembangan
keperawatan adalah perawat harus memiliki naluri keibuan (Mother Instinc). Dari
masa Mother Instic kemudian bergeser ke zaman purba dimana orang masih percaya
pada sesuatu tentang adanya kekuatan mistik yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia. Kepercayaan ini dikenal dengan nama Animisme, dimana seseorang yang
sakit dapat disebabkan karena kekuatan alam atau pengaruh kekuatan gaib
sehingga timbul keyakinan bahwa jiwa jahat akan menimbulkan kesakitan dan jiwa
sehat akan menimbulkan kesehatan atau kesejahteraan. Pada saat itu peran
perawat sebagai
ibu yang
merawat keluarganya yang sakit dengan memberikan perawatan fisik serta
mengobatipenyakit dengan menghilangakan pengaruh jahat. Mereka meyakini bahwa
sakitnya seseorang disebabkan karena kekuatan alam/pengaruh gaib seperti
batu-batu, pohon-pohon besar dan gunung-gunung tinggi.
Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa dimana pada masa itu
mereka menganggap bahwa penyakit disebabkan karena kemarahan dewa, sehingga
kuil-kuil didirikan sebagai tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta
kesembuhan di kuil tersebut dengan bantuan priest
physician. Setelah itu perkembangan keperawatan terus berubah dengan adanya
Diakones & Philantrop, yaitu suatu kelompok wanita tua dan janda yang
membantu pendeta dalam merawat orang sakit serta anggota kasih saying yang
anggotanya menjauhkan diri dari keramaian dunia dan hidupnya ditujukan pada
perawatan orang yang sakit sehingga akhirnya berkembanglah rumah-rumah
perawatan dan akhirnya mulailah awal perkembangan ilmu keperawatan.
2. Zaman Keagamaan
Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah spiritual dimana seseorang
yang sakit dapat disebabkan karena adanya dosa atau kutukan Tuhan. Pusat
perawatan adalah tempat-tempat ibadah sehingga pada waktu itu pemimpin agama
disebut sebagai tabib yang mengobati pasien karena ada anggapan yang mampu
mengobati adalah pemimpin agama sedangkan pada waktu itu perawat dianggap
sebagai budak yang hanya membantu dan bekerja atas perintah pemimpin agama.
3. Zaman Masehi
Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, dimana pada saat
itu banyak terbentuk Diakones (deaconesses)
yaitu suatu organisasi wanita yang bertujuan untuk mengunjungiorang sakit
sedangkan laki-laki diberi tugas dalam memberikan perawatan untuk mengubur bagi
yang meninggal, sehingga pada saat itu berdirilah rumah sakit di Roma seperti
Monastic Hospital. Pada saat itu rumah sakit digunakan sebagai tempat perawatan
orang sakit, orang cacat, miskin, dan yatim piatu. Pada saat itu pula di
daratan benua Asia, khususnya di Timur Tengah, perkembangan keperawatan mulai
maju seiring dengan perkembangan agama Islam. Keberhasilan Nabi Muhammad SAW
dalam menyebarkan agama Islam diikuti dengan
perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi seperti ilmu pasti, kimia, kesehatan, dan
obat-obatan. Sebagaimana dalam Al-Qur’an dituliskan pentingnya menjaga
kebersihan diri,makanan, lingkungan dan lain-lain. Perkembangan tersebut
melahirkan tokoh Islam dalam keperawatan yang dikenal dengan nama Rufaidah.
4. Permulaan abad XVI
Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi
kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial. Gereja dan
tempat-tempat ibadah ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde agama
untuk merawat orang sakit. Dengan adanya perubahan ini, sebagai dampak
negatifnya bagi keperawatan adalah berkurangnya tenaga perawat. Untuk memenuhi
kurangnya perawat, bekas wanita tuna susila yang sudah bertobat bekerja sebagai
perawat. Dampak positif pada masa ini, dengan adanya perang salib, untuk menolong
korban perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela sebagai perawat, mereka terdiri
dari orde-orde agama, wanita-wanita yang mengikuti suami berperang dan tentara
(pria) yang bertugas rangkap sebagai perawat. Pengaruh perang salib terhadap
keperawatan :
a. Mulai
dikenal konsep P3K
b. Perawat
mulai dibutuhkan dalam ketentaraan sehingga timbul peluang kerja bagi perawat dibidang sosial.
Ada 3 Rumah
Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap perkembangan keperawatan :
1. Hotel Dieu
di Lion
Awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas WTS yang telah bertobat.
Selanjutnya pekerjaan perawat digantikan oleh perawat terdidik melalui
pendidikan keperawatan di RS ini.
2. Hotel Dieu
di Paris
Pekerjaan perawat dilakukan oleh orde agama. Sesudah Revolusi Perancis,
orde agama dihapuskan dan pekerjaan perawat dilakukan oleh orang-orang bebas.
Pelopor perawat di RS ini adalah Genevieve Bouquet.
3. ST. Thomas
Hospital (1123 M)
Pelopor perawat di RS ini adalah Florence Nightingale (1820). Pada masa ini
perawat mulai dipercaya banyak orang. Pada saat perang Crimean War, Florence
ditunjuk oleh negara Inggris untuk menata asuhan keperawatan di RS Militer di
Turki. Hal tersebut memberi peluang bagi Florence untuk meraih prestasi dan
sekaligus meningkatkan status perawat. Kemudian Florence dijuluki dengan nama “
The Lady of the Lamp”.
6. Zaman Sebelum Perang Dunia Kedua
Zaman sebelum perang dunia kedua,pada masa perang dunia ke dua ini timbul
prinsip rasa cinta sesama manusia dimana saling membantu sesama manusia yang
membutuhkan. Pada masa sebelum perang dunia kedua ini tokoh keperawatan
Florence Nightingale (1820-1910) menyadari adanya pentingnya suatu sekolah
untuk mendidik para perawat. Florence Nightingale mempunyai pandangan bahwa
dalam mengembangkan keperawatan perlu disiapkan pendidikan bagi perawat,
ketentuan jam kerja perawat, dan mempertimbangkan pendapat perawat. Usaha
Florence adalah dengan menetapkan struktur dasar dipendidikan perawat
diantaranya mendirikan sekolah perawat, menetapkan tujuan pendidikan perawat serta menetapkan pengetahuan yang harus
dimiliki oleh calon perawat. Florence dalam merintis keperawatan diawali dengan
membantu para korban akibat perang krim (1854-1856) antara Roma dan Turki yang
dirawat disebuah barak rumah sakit Thomas di London dan juga mendirikan sekolah
perawatan dengan nama Nightingale Nursing School.
7. Masa Selama Perang Dunia Kedua
Selama masa perang ini timbul tekanan bagi dunia pengetahuan dalam
penerapan teknologi akibat penderitaan yang panjang sehingga perlu meningkatkan
diri dalam tindakan perawat mengingat penyakit dan korban perang yang beraneka
ragam
8. Masa
Pasca Perang Dunia Dua
Masa ini masih
berdampak bagi masyarakat seperti adanya penderitaan yang panjang akibat perang
dunia kedua, dan tuntutan perawat untuk meningkatkan masyarakat sejahtera
semakin pesat. Sebagai contoh di Amerika, perkembangan keperawatan pada masa
itu diawali kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan, pertambahan
penduduk yang relative tinggi sehingga menimbulkan masalah baru dalam pelayanan
kesehatan, pertumbuhan ekonomi yang mempengaruhi pola tingkah laku individu,
adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kedokteran dengan diawali
adanya penemuan-penemuan obat-obatan atau cara-cara untuk member penyembuhan
pada pasien, upaya-upaya dalam tindakan pelayanan kesehatan seperti pelayanan
kuratif, preventif, dan promotif, dan juga terdapat kebijakan Negara tentang
peraturan sekolah perawat. Pada masa itu perkembangan perawat dimulai adanya
sifat pekerjaan yang semula bersifat individu bergeser kea rah pekerjaan yang
bersifat tim. Pada tahun 1948, perawat diakui sebagai profesi sehingga pada
saat itu pula terjadi perhatian dalam pemberian penghargaan pada perawat atas
tanggung jawabnya dalam tugas.
9.
Periode Tahun 1950
Pada masa itu
perawat sudah mulai menunjukkan perkembangan khususnya penataan pada system
pendidikan. Hal tersebut terbbukti di Negara Amerika sudah dimulai pendidikan
setingkat master dan doctoral. Dan penerapan proses keperawatan sudah mulai
dikembangkan dengan memberikan pengertian bahwa perawatan adalah suatu proses,
yang dimulai.
Sejarah dan Perkembangan Keperawatan di Indonesia
Sejarah dan
perkembangan keperawatan di Indonesia dimulai pada masa penjajahan Belanda
sampai pada masa kemerdekaan.
1. Masa Penjajahan Belanda
Pada masa ini, Negara Indonesia masih dalam penjajahan Belanda. Perawat
berasal dari Indonesia disebut sebagai verpleger dengan dibantu oleh zieken
oppaser sebagai penjaga orang sakit, perawat tersebut pertama kali bekerja di
rumah sakit Binnen Hospital yang terletak di Jakarta pada tahun 1799 yang
bertugas untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda,sehingga akhirnya
pada masa Belanda terbentuklah dinas kesehatan tentara ddan dinas kesehatan
rakyat. Mengingat tujuan pendirian rumah sakit hanya untuk kepentingan Belanda,
maka tidak diikuti perkembangan tentang keperawatan.
2. Masa Penjajahan Inggris (1812 – 1816)
Gurbernur Jenderal Inggris ketika VOC berkuasa yaitu Raffles sangat
memperhatikan kesehatan rakyat. Dengan moto kesehatan adalah milik manusia dan
pada saat itu pula telah diadakan saha dalam memelihara kesehatan diantaranya,
usaha pengadaan pencacaran secara umum, membenahi cara perawatan pasien dengan
gangguan jiwa dan memperbaiki kesehatan pada para tawanan.
Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan penduduk
lebih maju. Pada tahun 1819 didirikan RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan
pada tahun 1919 dipindahkan ke Salemba yaitu RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Tahun 1816 – 1942 berdiri rumah sakit – rumah sakit hampir bersamaan yaitu RS.
PGI Cikini Jakarta, RS. ST Carollus Jakarta, RS. ST. Boromeus di Bandung, RS
Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan itu berdiri pula sekolah-sekolah
perawat.
3. Zaman Penjajahan Jepang (1942 – 1945)
Pada masa ini perkembangan keperawatan mengalami kemunduran, dan dunia
keperawatan di Indonesia mengalami zaman kegelapan. Tugas keperawatan dilakukan
oleh orang-orang tidak terdidik, pimpinan rumah sakit diambil alih oleh Jepang,
akhirnya terjadi kekurangan obat sehingga timbul wabah.
4. Zaman Kemerdekaan
Pada tahun 1949 telah
banyak rumah sakit yang didirikan serta balai pengobatan dan dalam rangka
memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan pada tahun 1952 didirikan sekolah perawat,
kemudian pada tahun 1962 telah dibuka pendidikan keperawatan setara dengan
diploma. Pada tahun 1985 untuk pertama kalinya dibuka pendidikan keperawatan
setingkat dengan sarjana yang dilaksanakan di Universitas Indonesia dengan nama
program studi Ilmu Keperawatan dan akhirnya dengan berkembangnya ilmu keperawatan,
maka menjadi sebuah Fakultas Ilmu keperawatan dan beberapa tahun kemudian
diikuti berdirinya pendidikan keperawatan setingkat S1 di berbaagi universitas
di Indonesia seperti di Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan lain-lain.
Profesionalisasi merupakan suatu proses menuju kea rah
professional. Dalam keperawatan proses tersebut diawali dari presepsi pekerjaan
yang sifatnya vokasional menuju ke pekerjaan yang provisional, demikian juga pendidikan yang
dulunya bersifat vokasional kemudian bergeser kearah pendidikan professional
melalui pendidikan tinggi keperawatan.
Setelah lokakarya pada
tahun 1983, proses menjadikan diri profesionalsudah mulai dirasakan dengan
adanya proses pengakuan dari profesi lainnya. Dalam menuju pengakuan tersebut
diperlukan langkah penting dalam penataan perawat menuju suatu profesi.
SEJARAH KEPERAWATAN DUNIA DAN INDONESIA
Mempelajari sejarah
keperawatan akan memberikan kebanggaan tersendiri, karena bisa mengingatkan
kita pada perawat di masa lalu yang telah bekerja keras, hingga akhirnya kita
bisa merasakan hasilnya seperti sekarang ini. Sejarah keperawatan akan membuka
mata kita tentang bagaimana perkembangan keperawatan, bagaimana tantangan yang
dihadapi dan apa yang akan dicapai oleh keperawatan di masa datang. Mengetahui
masa lalu dan memahami keperawatan terdahulu akan memberzikan suatu kesempatan
untuk menggunakan pengalaman dan pelajaran yang dapat digunakan di masa kini
dan masa depan.
Lahirnya keperawatan dapat dikatakan bersamaan
dengan penciptaan manusia, yaitu penciptaan Adam dan Hawa. Keperawatan lahir
sebagai bentuk keinginan untuk menjaga seseorang tetap sehat dan memberikan
rasa nyaman, pelayanan dan keamanan bagi orang yang sakit. Walaupun secara umum
tujuan keperawatan relatif sama dari tahun ke tahun, praktik keperawatan
dipengaruhi oleh perubahan kebutuhan masyarakat, sehingga keperawatan
berkembang secara bertahap. Keperawatan yang kita ketahui saat ini tidak dapat
dipisahkan dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan
peradapan manusia.
Kepercayaan terhadap animisme, penyebaran agama besar di dunia serta kondisi
sosial ekonomi masyarakat, seperti terjadinya perang, renaissanceserta
gerakan revolusi Luther turut mewarnai perkembangan keperawatan di dunia. Pada
awal sejarahnya, keperawatan dikenal sebagai bentuk pelayanan komunitas dan
pembentukannya berkaitan erat dengan dorongan alami untuk melayani dan
melindungi keluarga (Donahue, 1995). Umur keperawatan sama tuanya dengan kedokteran.
Sepanjang sejarah, profesi keperawatan dan kedokteran saling bergantung satu
sama lain. Selama era Hipokrates, kedokteran bekerja tanpa perawat dan selama
abad pertengahan, keperawatan bekerja tanpa dukungan medis (Donahue, 1995;
Deloughery, 1995). Menurut sejarah, laki-laki dan perempuan telah memegang
peran perawat, masuknya perempuan dalam keperawatan dimulai sekitar 300 M
(Shryock, 1959; Donahue, 1995). Pada abad keenam jumlah laki-laki yang memasuki
dunia keperawatan semakin meningkat.
B. KEPERAWATAN ZAMAN PURBA
Menggambarkan keperawatan pada zaman primitive merupakan hal
yang sulit, juga sulit untuk membedakan peran dokter dan perawat. Pada masa
itu, perawatan dan penyembuhan penyakit diperoleh dari penyebaran dari mulut ke
mulut. Peran wanita tradisional sebagai istri, ibu, anak perempuan dan saudara
perempuan selalu mencakup perawatan dan pengasuhan anggota keluarga yang
lainnya. Istilah perawat (nurse) berasal dari perawatan yang
diberikan ibu kepada bayinya yang tidak berdaya.
Pada zaman purba (primitive culture), manusia percaya bahwa apa yang
ada di bumi mempunyai kekuatan mistik/spiritual yang dapat mempengaruhi
kehidupan manusia. Kepercayaan ini disebut animisme. Mereka meyakini bahwa
sakitnya seseorang disebabkan oleh kekuatan alam atau pengaruh kekuatan gaib
seperti batu-batu besar, gunung-gunung yang tinggi, pohon-pohon
yang besar, sungai-sungai yang besar, dll. Pada saat itu peran perawat tidak
berkembang, masyarakat pada masa itu lebih senang pergi ke dukun untuk
mengobatkan anggota keluarganya yang sakit. Masyarakat menganggap bahwa dukun
lebih mampu mencari, mengetahui dan mengatasi roh yang masuk ke tubuh orang
yang sakit.
Fenomena animisme terlihat pada
sejarah Bangsa Mesir dan Cina. Pada masa itu bangsa Mesir menyembah Dewa Isis,
Dewa yang diyakini bisa menyembuhkan penyakit. Masyarakat Cina menganggap
penyakit disebabkan oleh syetan atau makhluk halus dan akan bertambah parah
jika orang lain memegang orang yang sakit, akibatnya perawat tidak
diperkenankan untuk merawat orang yang sakit.
C. ZAMAN PERADAPAN KUNO
Pada masa ini, keyakinan mengenai penyebab penyakit
masih mirip dengan zaman primitif, yaitu didasarkan pada takhayul dan magis,
sehingga penyembuhan membutuhkan penyembuhan magis. Pendeta atau dokter
penyihir menikmati status dalam masyarakat kuno. Sejalan dengan perkembangan
peradapan, teori praktis perawatan medis yang muncul sebagai penyebab penyakit
non-medis mulai terobservasi. Catatan tertua mengenai praktik penyembuhan ada
pada lembaran tanah liat berusia 4000 tahun yang dihubungkan dengan peradapan
Sumeria. Lembaran ini berisi tentang resep obat, tetapi tidak dituliskan untuk
mengatasi penyakit apa.
Lontar Eber merupakan temuan kebudayaan Mesir. Lontar ini tertanggal
sekitar tahun 1550 SM, dan dipercayai sebagai teks medis tertua di dunia.
Lontar ini berisi uraian tentang banyak penyakit yang diketahui saat ini dan
mengidentifikasi gejala spesifik. lontar Eber juga berisi 700 zat yang
digunakan untuk obat-obatan disertai cara penyiapan dan penggunaannya.
Mumifikasi atau pembalseman juga muncul pada masa ini, mumifikasi berasal dari
keyakinan bahwa ada kehidupan setelah kematian. Dibutuhkan ilmu dan pengetahuan
untuk membuat larutan yang bisa digunakan untuk mengawetkan mayat. Hal ini
menunjukkan bahwa pada masa itu sudah mengenal ilmu fisiologi, anatomi dan
patofisiologi.
Bangsa Yahudi kuno menyumbangkan Mosaic Health Code. Kode
ini dianggap sebagai legislasi sanitari pertama dan berisi catatan
pertama mengenai syarat kesehatan masyarakat. Kode ini mencakup aspek individu,
keluarga, dan kesehatan komunitas, termasuk di dalamnya membedakan antara yang
bersih dengan tidak bersih.
Budaya Afrika kuno, fungsi pengasuhan yang dimiliki oleh perawat termasuk
peran sebagai bidan, herbalis, ibu susu, dan pemberi perawatan untuk anak dan
lansia (Dolan, Fitzpatrick, dan Herrmann, 1983). Budaya India kuno, sudah
mengenal adanya perawat laki-laki yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Pengetahuan mengenai cara mempersiapkan
obat yang akan diberikan
b. Pintar
c. Mampu mencurahkan kasih sayang ke pasien
d. Kemurnian pikiran dan tubuh
Adapun
perawat wanita India bertindak sebagai bidan dan merawat anggota keluarga yang
sakit. Peran perawat dalam budaya Cina kurang disebutkan, namun peran Cina kuno
lebih banyak pada penemuan obat herbal, pemakaian akupunktur sebagai metode
pengobatan, dan publikasi Nei Ching (canon of medicine), yang merinci
empat langkah pemeriksaan: melihat, mendengar, bertanya dan merasakan.
Sejarah Yunani dan Romawi kuno, perawatan orang sakit lebih maju dalam mitologi
dan realitas. Dewa mitos Yunani yang dinggap sebagai dewa penyembuh
adalah Asklepios, istrinya Epigone adalah dewi penenang, Hygenia anak perempuan
Asklepios adalah dewi kesehatan dan diyakini sebagai perwujudan perawat. Kuil
yang dibangun untuk menghormati Asklepios menjadi pusat penyembuhan, pendeta
kuil Asklepios memberikan penyembuhan melalui pengobatan natural dan
supranatural (Donahue, 1996). Seorang dokter Yunani kuno, Hipocrates,
mempercayai bahwa penyakit memiliki penyebab alami. Pernyataan Hipocrates ini
sangat bertentangan dengan pendapat tabib pendeta di kuil yang mengatakan bahwa
penyebab penyakit adalah magis dan mistik. Sedangkan kontribusi Romawi terhadap
perawatan kesehatan adalah sanitasi umum, pengeringan rawa, dan pembangunan saluran
air, tempat pemandian umum dan pribadi, sistem drainase, dan pemanasan sentral.
D. ZAMAN KEAGAMAAN
Kemajuan peradapan manusia
dimulai ketika manusia mengenal agama. Penyebaran agama sangat mempengaruhi
perkembangan peradaban manusia sehingga berdampak positif terhadap perkembangan
keperawatan. Pada permulaan
Masehi, agama kristen mulai berkembang. Agama kristen cukup besar mempengaruhi
profesi keperawatan. Salah satu catatan di awal sejarah digambarkan bahwa
keperawatan merupakan bentuk perintah dari Diakonia, suatu kelompok kerja
seperti perawat kesehatan masyarakat atau yang mengunjungi orang sakit. Dalam
awal kehidupan gereja, Diakonia dijalankan oleh perempuan yang ditunjuk oleh
pimpinan gereja. Peran mereka adalah mengunjungi orang yang sedang sakit.
Penunjukan dilakukan pada wanita yang memiliki status sosial yang tinggi. Pada
masa ini, keperawatan mengalami kemajuan yang berarti seiring dengan kepesatan
perkembangan agama kristen.
Kemajuan terlihat
jelas, pada masa pemerintahan Lord Constantine, ia mendirikan xenodhoecim atau
hospes dalam bahasa latin yaitu tempat penampungan orang yang membutuhkan
pertolongan, terutama bagi orang-orang sakit yang memerlukan pertolongan dan
perawatan. Kemajuan profesi keperawatan pada masa ini juga terlihat jelas
dengan berdirinya Rumah sakit terkenal di Roma yang bernama Monastic
Hospital. Rumah Sakit ini dilengkapi dengan fasilitas perawatan berupa
bangsal perawatan, bangsal untuk orang cacat, miskin dan yatim piatu. Sejak
abad pertengahan institusi yang bergerak dalam bidang sosial (1100 M sampai
1200 M) mulai bergerak merawat lansia, orang sakit dan orang miskin
(Deloughery, 1995).
Seperti di Eropa,
pada pertengahan abad VI masehi, keperawatan juga berkembang di benua Asia.
Tepatnya di Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah seiring dengan perkembangan
agama Islam. Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak lepas
dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan agama Islam. Kegiatan
pelayanan keperawatan berkualiatas telah dimulai sejak seorang perawat muslim
pertama yaitu Siti Rufaidah pada jaman Nabi Muhammad S.A.W, yang selalu
berusaha memberikan pelayanan terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa membedakan
apakah kliennya kaya atau miskin(Elly Nurahmah, 2001). Sementara sejarah
perawat di Eropa dan Amerika mengenal Florence Nightingale sebagai pelopor
keperawatan modern, Negara di timur tengah memberikan status ini kepada
Rufaidah, seorang perawat muslim. Talenta perjuangan dan kepahlawanan Rufaidah
secara verbal diteruskan turun temurun dari generasi ke generasi di perawat
Islam khususnya di Arab Saudi dan diteruskan ke generasi modern perawat di
Saudi dan Timur Tengah (Miller Rosser, 2006)
Prof. Dr. Omar Hasan
Kasule, Sr, 1998 dalam studi Paper Presented at the 3rd International Nursing
Conference "Empowerment and Health: An Agenda for Nurses in the 21st
Century" yang diselenggarakan di Brunei Darussalam 1-4 Nopember 1998,
menggambarkan Rufaidah adalah perawat profesional pertama dimasa sejarah islam.
Dia tidak hanya melaksanakan peran perawat dalam aspek klinikal semata, namun
juga melaksanakan peran komunitas dan memecahkan masalah sosial yang dapat
mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit. Saat kota Madinah berkembang,
Rufaidah mengabdikan diri merawat kaum muslim yang sakit, dan membangun tenda
di luar Masjid Nabawi saat damai. Dan saat perang
Badr, Uhud, Khandaq dan Perang Khaibar dia menjadi sukarelawan dan merawat
korban yang terluka akibat perang. Dan mendirikan Rumah sakit lapangan sehingga
terkenal saat perang dan Nabi Muhammad SAW sendiri memerintahkan korban yang
terluka dirawat olehnya.
Konstribusi Rufaidah
tidak hanya merawat mereka yang terluka akibat perang. Namun juga terlibat
dalam aktifitas sosial di komuniti. Dia memberikan perhatian kepada setiap
muslim, miskin, anak yatim, atau penderita cacat mental. Dia merawat anak yatim
dan memberikan bekal pendidikan. Rufaidah digambarkan memiliki kepribadian yang
luhur dan empati sehingga memberikan pelayanan keperawatan yang diberikan
kepada pasiennya dengan baik pula. Sentuhan sisi kemanusiaan adalah hal yang
penting bagi perawat, sehingga perkembangan sisi tehnologi dan sisi kemanusiaan
(human touch) mesti seimbang. Rufaidah juga digambarkan sebagai pemimpin
dan pencetus Sekolah Keperawatan pertama di dunia Isalam, meskipun lokasinya
tidak dapat dilaporkan (Jan, 1996), dia juga merupakan penyokong advokasi
pencegahan penyakit (preventif care) dan menyebarkan pentingnya penyuluhan
kesehatan (health education)
Memasuki abad VII
Masehi, agama Islam tersebar ke berbagai pelosok negara dari Afrika, Asia
Tenggara sampai Asia Barat dan Eropa (Turki dan Spanyol). Pada masa itu
di jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti ilmu pasti, ilmu
kimia, hygiene, dan obat-obatan. Prinsip-prinsip dasar perawatan kesehatan
seperti menjaga kebersihan diri (personal hygiene), kebersihan makanan,
air dan lingkungan berkembang pesat. Masa Late to Middle Ages (1000 – 1500 M), negara-negara Arab membangun RS dengan baik, dan
mengenalkan perawatan orang sakit. Ada gambaran unik di RS yang tersebar dalam
peradaban Islam dan banyak dianut RS modern saat ini hingga sekarang, yaitu
pemisahan anatar ruang pasien laki-laki dan wanita, serta perawat wanita
merawat pasien wanita dan perawat laki-laki, hanya merawat pasien laki-laki
(Donahue, 1985, Al Osimy, 2004).
KEPERAWATAN ABAD PERTENGAHAN
Permulaan abad XVI,
struktur dan orientasi masyarakat mengalami perubahan, dari orientasi
kepada agama berubah menjadi orientasi kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi
kekayaan alam serta semangat kolonialisme. Akibat dari hal tersebut adalah
banyak tempat ibadah (termasuk gereja) yang ditutup, padahal tempat ini
dijadikan tempat untuk merawat orang sakit.
Di satu sisi, kenyataan ini
berdampak negatif. Penutupan tempat ibadah menyebabkan kekurangan tenaga
perawat karena sebelumnya, tindakan perawatan dilakukan oleh kelompok agama.
Untuk memenuhi kebutuhan perawat, bekas wanita jalanan (wanita tuna susila)
atau wanita yang bertobat setelah melakukan kejahatan diterima sebagai perawat.
Kejadian ini melatarbelakangi asumsi negatif terhadap perawat, masyarakat
beranggapan bahwa wanita terhormat tidak bekerja di luar rumah. Akibat reputasi
ini perawat diupah dengan gaji rendah dengan jam kerja lama pada kondisi kerja
yang buruk (Taylor. C.,dkk, 1989)
Di sisi yang lain,
adanya perang seperti perang Salib berdampak positif terhadap perkembangan
keperawatan. Untuk menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela yang
dipekerjakan sebagai perawat. Mereka terdiri dari kelompok agama, wanita-wanita
yang mengikuti suaminya ke medan perang turut merawat orang sakit jika
diperlukan dan tentara (pria) yang bertugas rangkap sebagai perawat. Pengaruh
perang salib terhadap keperawatan adalah mulainya dikenal istilah P3K
(Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan), pada masa itu keberadaan perawat mulai
dibutuhkan dalam ketentaraan dan timbul peluang kerja bagi perawat di bidang
sosial. Setelah perang Salib, kota-kota besar mulai berdiri dan berkembang
dengan menurunkan faktor feodalisme. Perkembangan populasi penduduk yang luas
di kota-kota tersebut menyebabkan munculnya masalah kesehatan, yang secara
otomatis akan membutuhkan peran tenaga kesehatan (termasuk di dalamnya
perawat).
Kurangnya
pemeliharaan kesehatan dan sanitasi serta meningkatnya kemiskinan di daerah
pedesaan mengakibatkan munculnya masalah kesehatan yang serius pada abad kelima
belas sampai abad tuju belas. Faktor-faktor sosial, seperti hukum yang menekan
orang miskin dan pajak terhadap jendela rumah, menyebabkan menurunnya ventilasi
karena pemilik rumah menutup jendela guna menghindari membayar pajak. Hal
tersebut melahirkan suatu kondisi kesehatan yang memerlukan respon dari
perawat.
Pada tahun 1633
dibentuklah kelompok biarawati oleh St. Vincent de paul. Kelompok ini merawat
orang-orang di rumah sakit, orang terlantar dan kaum miskin. Selanjutnya
kelompok ini terkenal luas sebagai perawat keliling karena mereka merawat orang
sakit di rumah-rumah. Pada masa ini juga mulai dirintis pendidikan keperawatan
yang dipelopori oleh Louise de Gras. Program pendidikan yang diberikan saat itu
adalah pengalaman merawat orang sakit di rumah sakit, dan juga melakukan
kunjungan rumah. (Donahue, 1995)
Peran rumah sakit terhadap
perkembangan keperawatan tidak dapat diabaikan. Setidaknya ada tiga rumah sakit
yang berperan besar terhadap perkembangan perawat pada zaman pertengahan.
Pertama Hotel Dieu di Lion, meskipun pada awalnya pekerjaan perawat dilakukan
oleh para mantan Wanita Tuna Susila (WTS) yang telah bertobat, namun rumah
sakit ini berperan besar dalam kemajuan keperawatan. Hal ini disebabkan karena
tidak lama kemudian pekerjaan perawat digantikan oleh perawat yang terdidik
melalui pendidikan keperawatan di rumah sakit tersebut. Kedua, Hotel Dieu di
Paris, dirumah sakit ini pekerjaan keperawatan dilakukan oleh kelompok agama,
namun sesudah revolusi Perancis, kelompok agama dihapuskan dan pekerjaan
diganti oleh orang-orang bebas yang tidak terikat agama. Ketiga, St. Thomas
Hospital, didirikan tahun 1123 M, di rumah sakit inilah tokoh keperawatan Florence
Nightingale memulai karirnya memperbarui keperawatan. Abad XVIII,
pengembangan kota yang lebih besar membawa penambahan jumlah rumah sakit dan
memperbesar peran perawat.
Pada pertengahan abad XVIII dan
memasuki abad XIX reformasi sosial masyarakat meruba peran perawat dan wanita
secara umum. Pada masa ini keperawatan mulai dipercaya orang dan pada saat ini
juga nama Florence Nightingale. Florence Nightingale lahir
pada tahun 1820 dari keluarga kaya dan terhormat. Ia tumbuh dan berkembang di
Inggris dengan pendidikan yang cukup. Meskipun ditentang keras oleh
keluarganya, ia diterima mengikuti kursus pendidikan perawat pada usia 31
tahun. Pecahnya perang Krim (Crimean War), dan penunjukan dirinya oleh Inggris
untuk menata asuhan keperawatan pada sebuah rumah sakit Militer milik Turki
memberi peluang baginya untuk meraih prestasi (Taylor. C., 1989). Hal ini
disebabkan karena ia berhasil mengatasi kesulitan atau masalah yang dihadapi
dan berhasil menepis anggapan negatif terhadap wanita dan meningkatkan status
perawat.
Seusai perang krim, Florence Nightingale kembali ke Inggris. Sejarah
perkembangan keperawatan di Inggris sangat penting dipahami karena Inggris
membuka jalan bagi kemajuan dan perkembangan perawat di mana kepeloporan
Florence Nightngale diikuti oleh Negara-negara lain. Tahun 1860, Nightingale
menulis Notes on Nursing: What it is and What it is not untuk
masyarakat umum. Filosofinya terhadap praktik keperawatan merupakan refleksi
dari perubahan kebutuhan masyarakat. Ia melihat peran perawat sebagai seseorang
yang bertugas menjaga kesehatan seseorang berdasarkan pengetahuan tentang
bagaimana menempatkan tubuh dalam suatu status yang bebas dari penyakit
(Nightingale, 1860; Schuyler, 1992). Pada tahun yang sama, ia mengembangkan
program pelatihan untuk perawat pertama kali, sekolah pelatihan Nightingale
untuk perawat di St. Thomas’ Hospital di London. Konsep
pendidikan inilah yang mempengaruhi pendidikan keperawatan di dunia dewasa ini.
Kontribusi Florence Nightingale bagi perkembangan keperawatan adalah menegaskan
bahwa nutrisi merupakan satu bagian penting dari asuhan keperawatan, meyakinkan
bahwa okupasional dan rekreasi merupakan suatu terapi bagi orang sakit,
mengidentifikasi kebutuhan personal pasien dan peran perawat untuk memenuhinya,
menetapkan standar manajemen rumah sakit, mengembangkan standar okupasi bagi
pasien wanita, mengembangkan pendidikan keperawatan, menetapkan dua komponen
keperawatan yaitu kesehatan dan penyakit, meyakinkan bahwa keperawatan berdiri
sendiri dan berbeda dengan profesi kedokteran, dan menekankan kebutuhan
pendidikan berlanjut bagi perawat (Taylor, C. 1989).
Perang sipil (1860-1865) menstimulasi perkembangan keperawatan di Amerika
Serikat.Clara Burton, pendiri palang merah Amerika merawat pejuang di medan
pertempuran, membersihkan luka, memenuhi kebutuhan dasar, dan menenangkan para
pejuang dalam menghadapi kematian. (Donahue, 1995). Setelah perang sipil,
sekolah keperawatan di Amerika dan Kanada mulai membentuk kurikulum sendiri
mengikuti sekolah Nightngale. Sekolah pelatihan yang pertama di Kanada, St.
Catherina di Ontario didirikan tahun 1874. Tahun 1908, Mary Agnes Snively
membantu terbentuknya The Canadian National Association of Trained
Nurses, selanjutnya nama tersebut berubah menjadi The Canadian
Nurses Association (CNA) pada tahun 1924. (Donahue, 1995). Tahun 1899
afiliasi Amerika dan Kanada berhenti, organisasi baru dibentuk dengan
nama American Nurses Association (ANA) pada tahun
1911.
Keperawatan di rumah sakit berkembang pada akhir abad XIX, tetapi di
komunitas, keperawatan tidak menunjukkan peningkatan yang berarti sampai
tahun 1893 ketika Lilian Wald dan Mary Brewster membuka The Henry
Street Settlement, yang berfokus pada kebutuhan kesehatan orang miskin yang
tinggal di rumah penampungan New York. Perawat yang bekerja di tempat ini
memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap klien daripada mereka yang
bekerja di rumah sakit, karena mereka seringkali menghadapi situasi yang
membutuhkan tindakan mandiri dari perintah dokter. Selain itu, dalam mengobati
penyakit, orang miskin mmebutuhkan terapi keperawatan yagn ditujukan untuk
memperbaiki nutrisi, memberikan penginapan, dan mempertahankan kebersihan.
Kemajuan terlihat di rumah sakit, kesehatan masyarakat, dan pendidikan terjadi
pada awal abad keduapuluhan. Pada masa itu mulai dirintis pendidikan
keperawatan di tingkat universitas. Dengan berkembangnya pendidikan keperawatan
maka praktik keperawatan juga mengalami perluasan. Pada tahun 1901 didirika The
Army Nurses Corps, diikuti dengan berdirinya The Navy Nurses Corps pada tahun
1908. Spesialisi keperawatan juga mulai dikembangkan. Sekitar tahun 1920-an,
dibentuk organisasi perawat spesialis, seperti Assosiation of Operating
Room Nurses (1949),American Assosiation of Critical-Care Nurses (1969)
dan Oncology Nursing Society(1975).
PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN DI INDONESIA
Tidak banyak literatur yang mengungkapkan perkembangan keperawatan
di Indonesia. Seperti perkembangan keperawatan di dunia pada umumnya,
perkembangan keperawatan di Indinesia juga dipengaruhi kondisi sosial ekonomi
yaitu penjajahan pemerintah kolonial Belanda, Inggris dan Jepang serta situasi
pemerintahan Indonesia setelah Indonesia merdeka.
Perkembangan keperawatan di Indonesia pada dasarnya dibedakan atas
masa sebelum kemerdekaan dan masa setelah kemerdekaan (orde lama dan orde
baru).
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda perawat berasal dari penduduk pribumi
yang disebut velpleger dengan dibantu zieken oppaser sebagai
penjaga orang sakit. Mereka bekerja pada Rumah Sakit Binnen Hospital di Jakarta
yang didirikan tahun 1799 untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda.
Usaha pemerintah kolonial Belanda di bidang kesehatan pada masa itu antara
lain: Dinas Kesehatan Tentara yang dalam bahasa Belanda disebut Militiary
Gezondherds Dienst dan Dinas Kesehatan Rakyat atauBurgerlijke
Gezondherds Dienst. Pendirian rumah sakit ini termasuk usaha Daendels
mendirikan rumah sakit di Jakarta, Surabaya dan Semarang, ternyata tidak
diikuti perkembangan profesi keperawatan yang berarti karena tujuannya
semata-mata untuk kepentingan tentara Belanda.
Ketika VOC berkuasa, Gubernur Jendral Inggris Raffles (1812-1816) sangat
memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya “Kesehatan adalah
milik manusia”, ia melakukan berbagai upaya memperbaiki derajat kesehatan
penduduk pribumi. Tindakan yang dilakukan antara lain: pencacaran umum,
membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa serta memperhatikan
kesehatan dan perawatan para tahanan.
Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, usaha-usaha
peningkatan kesehatan penduduk mengalami kemajuan. Di Jakarta tahun 1819
didirikan beberapa rumah sakit, salah satu diantaranya adalah Rumah Sakit
Stadsverband berlokasi di Glodok (Jakarta Barat). Pada tahun 1919 rumah sakit
ini dipindahkan di Salemba dan sekarang bernama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
(RSCM). Saat ini RSCM menjadi pusat rujukan nasional dan pendidikan nasional.
Dalam kurun waktu ini (1816-1942), berdiri pula beberapa rumah sakit swasta
milik katolik dan protestan, misalnya: RS Persatuan Gereja Indonesia (PGI)
Cikini-Jakarta Pusat, RS St. Carolus Salemba-Jakarta Pusat, RS St. Boromeus di
Bandung dan RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan berdirinya rumah
sakitdi atas, didirikan sekolah perawat. RS PGI Cikini tahun 1906
menyelenggarakan pendidikan juru rawat, kemudiam RSCM menyelenggarakan
pendidikan juru rawat tahun 1912.
Kekalahan tentara sekutu dan kedatangan Jepang (1942-1945) menyebabkan
perkembangan keperawatan mengalami kemunduran. Bila renaissance berakibat buruk
pada perkembangan keperawatan Inggris, maka penjajaan Jepang merupakan masa
kegelapan dunia keperawatan di Indonesia. Pekerjaan perawat pada masa
Belanda dan Inggris sudah dikerjakan oleh perawat yang terdidik, sedangkan pada
masa Jepang yang melakukan tugas perawat bukan dari orang yang sudah dididik untuk
menjadi perawat. Pemimpin rumah
sakit juga diambil alih dari orang Belanda ke orang Jepang. Pada saat itu
obat-obatan sangat minim, sehingga wabah penyakit muncul dimana-mana. Bahan
balutan juga terbatas, sehingga daun pisang dan pelepah pisang digunakan
sebagai bahan balutan.
Pembangunan bidang
kesehatan dimulai tahun 1949. Rumah sakit dan balai pengobatan mulai dibangun. Tahun 1952, sekolah
perawat mulai didirikan, yaitu Sekolah Guru Perawat dan Sekolah Perawat tingkat
SMP. Pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan mulai tahun 1962 dengan
didirikannya Akademi Keperawatan milik Departemen Kesehatan di Jakarta untuk
menghasilkan perawat profesional pemula. Hampir bersamaan dengan itu didirikan
pula Amper milik Depkes di Ujung Pandang, Bandung dan Palembang.
Di Indonesia,
keperawatan telah mencapai kemajuan yang sangat bermakna bahkan merupakan suatu
lompatan yang jauh kedepan. Hal ini bermula dari dicapainya kesepakatan bersama
pada Lokakarya Nasional Keperawatan pada bulan Januari 1983 yang menerima
keperawatan sebagai pelayanan profesional (profesional service) dan pendidikan
keperawatan sebagai pendidikan profesi (professional education). Dalam
Lokakarya Keperawatan tahun 1983, telah dirumuskan dan disusun dasar-dasar
pengembangan Pendidikan Tinggi Keperawatan. Sebagai realisasinya disusun
kurikulum program pendidikan D-III Keperawatan, dan dilanjutkan dengan
penyusunan kurikulum pendidikan Sarjana (S1) Keperawatan.
Pengembangan
pelayanan keperawatan profesional tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan
profesional keperawatan. Pendidikan keperawatan bukan lagi merupakan pendidikan
vokasional/kejuruan akan tetapi bertujuan untuk menghasilkan tenaga keperawatan
yang menguasai ilmu keperawatan yang siap dan mampu melaksanakan
pelayanan/asuhan keperawatan profesional kepada masyarakat. Jenjang pendidikan
keperawatan bahkan telah mencapai tingkat Doktoral. Pendidikan tinggi
keperawatan diharapkan menghasilkan tenaga keperawatan profesional yang mampu
mengadakan pembaruan dan perbaikan mutu pelayanan/asuhan keperawatan, serta
penataan perkembangan kehidupan profesi keperawatan. Perkembangan keperawatan
bukan saja karena adanya pergeseran masalah kesehatan di masyarakat, akan
tetapi juga adanya tekanan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan serta perkembangan profesi keperawatan dalam menghadapi era
globalisasi.
Pendirian Program
Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) pada tahun 1985 merupakan momentum kebangkitan
profesi keperawatan di Indonesia. Sebagai embrio Fakultas Ilmu Keperawatan,
institusi ini dipelopori oleh tokoh keperawatan Indonesia, antara lain Achir
Yani S, Hamid, DN.Sc; mendiang Dra. Christin S Ibrahim, MN, Phd; Tien Gartinah,
MN dan Dewi Irawaty, MA, dibantu beberapa pakar dari Konsorsium Ilmu Kesehatan
dan sembilan pakar keperawatan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Pada tahun
2000 mulai muncul Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) diberbagai Universitas
di Indonesia (Universitas Airlangga, Universitas Gajah Mada, Universitas
Hasanudin, Universitas Andalas dan Universitas Sumatra Utara).
Tahun 1974 tepatnya
tanggal 17 Maret didirikan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Sebagai
fusi dari beberapa organisasi keperawatan yang ada sebelumnya, PPNI mengalami
beberapa kali perubahan bentuk dan nama organisasi. Embrio PPNI adalah
Perkumpulan Kaum Verpleger Boemibatera (PKVB) tahun 1921. Pada saat itu profesi
perawat Sangat dihormati oleh masyarakat berkenaan denga tugas mulia yang
dilakukan dalam merawat orang sakit. Lahirnya sumpah pemuda 1928, mendorong
perubahan nama PKVB menjadi Perkumpulan Kaum Verpleger Indonesia (PKVI).
Pergantian nama ini berkaitan dengan semangat nasionalisme . PKVI bertahan
sampai tahun 1942 berhubungan dengan kemenangan Jepang atas sekutu.
Bersamaan dengan proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945, tumbuh organisasi profesi keperawatan. Tiga
organisasi profesi yang ada antara tahun 1945-1954 adalah Persatuan Djuru
Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Djuru Rawat Islam (Perjurais) dan Serikat
Buruh Kesehatan (SBK). Pada tahun 1951 terjadi pembaharuan organisasi profesi
keperawatan yaitu terjadi fusi organisasi yang ada menjadi Persatuan Djuru
Kesehatan Indonesia (PDKI) sebagai upaya konsolidasi organisasi profesi tanpa
mengikutsertakan SBK karena terlibat pada pemberontakan Partai Komunis
Indonesia (PKI).
Kurun waktu
1951-1958 diadakan kongres di Bandung dan mengubah nama PDKI menjadi Persatuan
Pegawai Dalam Kesehatan (PPDK) dengan keanggotaan bukan hanya dari perawat.
Tahun 1959-1974 terjadi pengelompokan organisasi keperawatan antara lain Ikatan
Perawat Wanita Indonesia (IPWI), Ikatan Guru Perawat Indonesia (IGPI) dan
Ikatan Perawat Indonesia (IPI) tahun 1969. Akhirnya tanggal 17 Maret 1974
seluruh organisasi keperawatan kecuali Serikat Buruh Kesehatan bergabung
menjadi satu organisasi profesi tingkat nasional dengan nama Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Nama inilah yang secara resmi dipakai
sebagai nama organisasi profesi keperawatan Indonesia hingga kini.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.